Ibu, kita semua pasti memiliki seorang Ibu, baik yang masih dapat kita kecup tangannya
ataupun yang sudah tiada. Ibu yang nan jauh di sana ataupun yang kita mintai
izin setiap harinya.
Mari kita renungkan penjelasan dari manusia
paling mulia:
Baginda Muhammad Saw.
Abu Hurairah radhiyallahu`anhu , menuturkan:
Seorang laki-laki berkata,
“Wahai Rasul Allah, siapakah yang lebih
berhak aku berbakti kepadanya dengan baik?”
Rasulullah berkata, “Ibumu.”
Dia berkata, “Lalu siapa lagi?”
“Ibumu,” kata Rasulullah.
Dia berkata, “Kemudian siapa?”
Rasulullah menjawab, “Ibumu.”
Dia berkata, “Lantas siapa lagi?”
Rasulullah Saw. menjawab, “Ayahmu”
(Hr. Bukhari dan Muslim).
Ada
pelajaran besar dari hadits ini. Seorang ibu memiliki keutamaan untuk kita
taati dan kita limpahi kebajikan, tiga kali lebih besar daripada seorang bapak.
Tidak ada yang lebih utama untuk kita penuhi panggilannya, kita dengar
nasihatnya dan kita limpahi perbuatan baik di dunia ini kecuali ibu.
Berbakti kepada ibu termasuk
amal yang utama setelah pilar penegaknya agama ini, yakni shalat.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu`anhu, berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam, ‘Amal apa yang paling dicintai Allah?
Beliau bersabda, ‘Shalat pada waktunya.’ Aku berkata, ‘Kemudian apa?’ Beliau
menjawab, ‘berbakti kepada ibu bapak.’”
(HR. Bukhari & Muslim).
Allah
subhanahu wa ta`ala berfirman:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil”.
(QS. Al-Israa': 23-24)
Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk berbakti pada
keduanya; Ibu, Bapak, dengan berbuat baik kepada mereka. Allah menggandengkan
perintah berbuat baik pada kedua orang tua dengan perintah bertauhid. Hal ini
menandakan betapa pentingnya berbuat baik pada keduanya. Karena tauhid adalah
pokok utama agama ini yang terpenting. Sesuatu yang digandengkan dengan
perintah bertauhid tentu adalah sesuatu yang penting.
Syaikh
Abdul muhsin Al-Qosim berkata, “Ibumu yang selama sembilan bulan mengandungmu
dalam keadaan lemah, dan semakin bertambah kelemahannya, dengan kesakitan yang
selalu dialaminya, semakin engkau tumbuh maka semakin terasa berat yang
dirasakannya dan semakin lemah tubuhnya. Kemudian tatkala akan melahirkanmu ia
mempertaruhkan nyawanya dengan sakit yang luar biasa, ia melihat kematian
dihadapannya namun ia tetap tegar demi engkau. Tatkala engkau lahir dan berada
di sisinya maka hilanglah semua rasa sakit itu, ia memandangmu dengan penuh
kasih sayang, ia meletakkan segala harapannya kepadamu. Kemudian ia bersegera
sibuk mengurusmu siang dan malam dengan sebaik-baiknya di pangkuannya,
makananmu adalah susunya, rumahmu adalah pangkuannya, kendaraanmu adalah kedua
tangannya. Ia rela untuk lapar demi mengenyangkanmu, ia rela untuk tidak tidur
demi menidurkanmu, ia mendahulukan kesenanganmu di atas kesenangannya. Ia
sangat sayang kepadamu, sangat mengasihimu.”
”Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”(Al-Ahqaaf:15)
’Ridha Allah ada pada ridha kedua
orang tua (Ibu, bapak) dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua.’”
(HR At-Tirmidzi )
Telah jelas bahwa seorang Ibu memiliki keutamaan
luar biasa dan sangat besar jasanya kepada kita. Ialah yang mengandung sang anak di dalam perutnya, sehingga sang anakpun
hidup dengan tergantung pada makanan dan kesehatan ibunya selama sembilan bulan
lamanya. Dan ketika seorang ibu melahirkan, maka satu kakinya berada di dunia
dan satu kaki lainya ada di surga. Pasrah, apakah ia akan dapat melihat sang
anak, atau malah terlebih dulu meninggalkan sang buah hati menemui Allah sang pencipta. Ialah Ibu, yang menjadi jalan lahirnya seorang anak: Yaitu kita.
Begitu banyak pengorbanan yang Ia lakukan untuk kita.
Mulai dari kita kecil hingga sekarang. Ia mengasihi, memberikan kasih sayang
tulus dan ikhlas kepada kita. Ia mengasuh, merawat kita hingga dewasa. Ia
mengasah, membentuk diri kita menjadi
anak yang berguna bagi agama, nusa dan
bangsa.
Setiap kali kita bernafas, maka dalam setiap hembusan nafas itu ada kasih-sayang, kemuliaan dan keutamaan ibu yang mengaliri darah dan hidup kita. Tidaklah kita bisa berdiri dengan tegak, bernafas dengan baik dan memiliki jiwa yang kokoh, kecuali karena tulusnya cinta ibu kita. Kalaupun terkadang harus ada airmata yang jatuh saat mengasuh kita di waktu kecil, itu bukan karena ia tidak ikhlas mengasuh. Tidak. Tetapi airmata itu kadang jatuh justru untuk mempertahankan keikhlasan, agar penatnya berjaga di waktu malam tidak membuatnya merutuki kita dengan keluh kesah panjang.
Sesungguhnya, satu malam kasih-sayang seorang ibu kepada kita, tak akan pernah sanggup kita tebus dengan hadiah yang paling indah. Sebab, tidaklah mereka berjaga, kecuali dengan murninya kasih sayang, tulusnya cinta dan pada saat yang sama sentuhan jiwa untuk membangkitkan jiwa kita. Andaikata seorang bapak menyayangi anaknya dengan turut berjaga semalaman atau bahkan lebih dari itu, niscaya tak akan sanggup menyamai satu malam saja kasih-sayang seorang ibu yang dengan tulus mendidik kita.
Ia telah mengorbankan jiwa, raga, harta, waktu, dan lainnya demi kita. Maka, Sudah sepatutnya kita menempatkan mereka pada kedudukan yang mulia.
Seberapa jauh kita harus berbuat baik kepadanya? Maka jawabnya adalah: Sejauh yang kita sanggup!
Oleh: Eri Muriyanto
Setiap kali kita bernafas, maka dalam setiap hembusan nafas itu ada kasih-sayang, kemuliaan dan keutamaan ibu yang mengaliri darah dan hidup kita. Tidaklah kita bisa berdiri dengan tegak, bernafas dengan baik dan memiliki jiwa yang kokoh, kecuali karena tulusnya cinta ibu kita. Kalaupun terkadang harus ada airmata yang jatuh saat mengasuh kita di waktu kecil, itu bukan karena ia tidak ikhlas mengasuh. Tidak. Tetapi airmata itu kadang jatuh justru untuk mempertahankan keikhlasan, agar penatnya berjaga di waktu malam tidak membuatnya merutuki kita dengan keluh kesah panjang.
Sesungguhnya, satu malam kasih-sayang seorang ibu kepada kita, tak akan pernah sanggup kita tebus dengan hadiah yang paling indah. Sebab, tidaklah mereka berjaga, kecuali dengan murninya kasih sayang, tulusnya cinta dan pada saat yang sama sentuhan jiwa untuk membangkitkan jiwa kita. Andaikata seorang bapak menyayangi anaknya dengan turut berjaga semalaman atau bahkan lebih dari itu, niscaya tak akan sanggup menyamai satu malam saja kasih-sayang seorang ibu yang dengan tulus mendidik kita.
Ia telah mengorbankan jiwa, raga, harta, waktu, dan lainnya demi kita. Maka, Sudah sepatutnya kita menempatkan mereka pada kedudukan yang mulia.
Seberapa jauh kita harus berbuat baik kepadanya? Maka jawabnya adalah: Sejauh yang kita sanggup!
Oleh: Eri Muriyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar